BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Supervisi
merupakan istilah baru yang menunjuk
pada suatu pengawasan tetapi konsepnya lebih manusiawi. Dalam kegiatan
supervisi pelaksana bukan mencari kesalahan akan tetapi lebih banyak mengandung
unsur pembinaan agar pekerjaan yang diawasi diketahui kekurangannya untuk dapat
diberi tahu bagaimana cara peningkatannya. Namun berdasarkan fenomena yang
terjadi terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam pelaksanaan supervise,
berdasarkan pengamatan terdapat ketidak konsisitenan antara pandangan normativ
dengan pandangan deskriptif mengenai supervisi. Seyogyanya supervisi harus
memperbaiki pengajaran tapi kenyataanya supervisor lebih menekankan pada
tanggung jawab administrativ guru, hal ini berimplikasi terbalik pada tidak
terpenuhinya keinginan guru mendapat bantuan langsung dari supervisor untuk
memperbaiki pengajaran, mestinya supervisor dapat mengkombinasikan tanggung
jawab perbaikan pengajaran dilihat dari aspek professional dengan tanggung
jawab administrasi guru untuk mencapai hasil yang lebih luas pada level kelas melalui perbaikan pengajaran.
Karena bantuan pengajaran merupakan pembinaan professional, sedangkan
pendekatan administrasi merupakan bagian dari birokrasi
Supervisi
mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi
bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek
yang merupakan factor penentu keberhasilan. Salah satu model supervisi yang dilakukan di sekolah adalah supervisi
klinis. Makalah ini berusaha menjelaskan secara teoritis tentang model supervisi
klinis, dari konsep dasar, tehnik, kelebihan dan kelemahan supervisi klinis.
B. Fokus Masalah
1.
Konsep dasar supervisi klinis
2.
Tehnik Supervisi Klinis
3.
Kelebihan dan kelemahan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar Supervisi Klinis
1.
Pengertian Supervisi Klinis
Supervisi memiliki pemahaman
yang luas (Purwanto, 2004: 76). Menurut Purwanto menjelaskan bahwa supervisi adalah
segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan
kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai
tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, serta bimbingan dalam usaha
pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan
alat-alat pelajaran dan metode pembelajaran yang lebih baik, cara-cara
penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran dan
sebagainya (2004:76). Pemahaman umum bahwa peranan utama dari supervisi adalah
ditujukan kepada perbaikan pengajaran. Franseth Jane dalam Piet A. Sahertian,
berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat memberi bantuan terhadap program
pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kwalitas kehidupan akan
diperbaiki olehnya. Ayer, Frend E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara
program pengajaran yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia supervisi berarti pengawasan utama, pengontrolan tertinggi,
penyeliaan (2002:1107). Sedangkan
klinis memiliki arti bersangkutan atau berdasarkan pengamatan klinik
(575). Sedangkan supervisi klinis
termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena
prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau
kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan langsung pula
diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut
(Purwanto, 2004:90)
Senada dengan hal tersebut
John J Bolla menyatakan supervisi klinis adalah supervisi yang
difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai
tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap penampilan
pembelajaran guru dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran (John
Bolla dalam Mukhtar dan Iskandar, 2009:60). Purwanto juga menjelaskan
bahwa Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis sebagai
berikut:
“Supervisi
klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan
melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis
intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan
untuk mengadakan modifikasi yang rasional”
Adapun Keith Anderson dan
Meredith D. Gall mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah proses membantu
guru memperkecil ketidaksesuaian atau kesenjangan antara tingkah laku mengajar
yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Secara teknik mereka
mengatakan bahwa supervisi klinis adalah suatu model supervisi yang terdiri
atas tiga fase, yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan pertemuan
balik. Supervisi klinis adalah
supervisi yang terfokus pada penampilan guru secara nyata di kelas, termasuk
pula guru sebagai peserta atau partisipan aktif dalam proses supervisi tersebut
(Mukhtar dan Iskandar,
2009:61)
Dari beberapa pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan
yang bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru, khususnya dalam
penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara objektif
sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut .
2.
Karakteristik Supervisi
Klinis
Untuk memandu pelaksanaan supervisi pendidikan, karakteristik yang akan dipaparkan dalam
makalah ini yaitu pada supervisi pengajaran (klinis) karena ini sangat
urgen terutama bagi supervisor dan guru,
agar arah yang ditempuh sejalan dengan perencanaan (planning) yang telah ditentukan sebelumnya.
Mukhtar dan Iskandar
menjelaskan bahwa supervisi klinis merupakan bantuan bagi guru dalam
memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajarnya, dan dapat dilaksanakan
untuk kepentingan calon guru dalam pendidikan pra jabatan maupun latihan dalam
jabatan (2009:59) yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.
Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksanakan bersama dengan pengajaran
mikro dan terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu pertemuan pendahuluan (pre-conference), observasi mengajar, dan
pertemuan balikan (post-conference)
b. Supervisi klinis
merupakan suatu keperluan mutlak bagi guru maupun supervisor untuk memperoleh
pengetahuan, kesadaran dan menilai tingkah laku dalam profesinya sendiri. Bagi
guru berdasar kemampuannya sendiri untuk mengubah tingkah laku mengajarnya di
kelas ke arah yang lebih baik dan terampil, sedangkan bagi supervisor untuk
menambah pengetahuan, pengalaman serta kemampuannya dalam memberikan bimbingan.
c.
Pendekatan yang dilakukan dalam proses supervisi klinis adalah pendekatan
profesional dan humanis
d.
Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru memperbaiki keterampilan
intelektual dan bertingkah laku yang spesifik.
e.
Fungsi utama supervisor adalah untuk mengajarkan keterampilan pengajaran
kepada guru
f.
Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dengan guru
g.
Feedback yang diberikan harus secepat mungkin dan secara obyektif
h.
Dalam percakapan balik seharusnya datang dari guru terlebih dahulu.
La Sulo dalam Purwanto (2004:91) mengemukakan
ciri-ciri supervisi klinis ditinjau dari segi pelaksanaannya sebagai berikut:
a.
Bimbingan supervisor kepada guru
bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi
b.
Jenis keterampilan yang akan
disupervisi diusulkan oleh guru, disepakati melalui pengkajian bersama antara
guru dan supervisor
c.
Sasaran supervisi hanya pada
beberapa keterampilan tertentu
d.
Balikan diberikan dengan segera
dan secara objektif
e.
Dalam diskusi atau pertemuan
balikan, guru diminta terlebih dahullu untuk mengevaluasi penampilannya
f.
Supervisor lebih banyak bertanya
dan mendengarkan dari pada memerintah atau mengarahkan
g.
Supervisi berlangsung dalam
suasana intim dan terbuka
h.
Supervisi berlangsung dalam siklus
yang meliputi perencanaan, observasi dan diskusi atau pertemuan balikan
i.
Supervisi dapat dipergunakan untuk
pembentukan atau peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar, di pihak lain
dipakai dalam konteks pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan
3.
Tujuan Supervisi Klinis
Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar
dan mengajar yang lebih baik. Usaha perbaikan mengajar dan mengajar ditujukan
kepada pencapian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak
secara maksimal.
Situasi belajar mengajar di sekolah-sekolah yang ada
sekarang ini menggambarkan suatu keadaan yang sangat kompleks. Kompleksnya
keadaan yang ada ini adalah akibat
faktor-faktor obyektif yang saling mempengaruhi sehingga mengakibatkan
penurunan hasil belajar. Oleh karena
itu perlu adanya penyelesaian yang dilakukan untuk mengembalikan semangat dan
situasi belajar mengajar yang lebih baik. (Maunah, 2009:26)
Secara nasional tujuan konkrit dari supervisi
pendidikan adalah:
a. Membantu guru dengan
jelas dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
b. Membantu guru
dalam membimbing pengalaman belajar murid
c. Membantu guru dalam
menggunakan alat pelajaran modern, metode-metode dan sumber-sumber pengalaman
belajar.
d. Membantu guru dalam
menilai kemajuan murid –murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.
e. Membantu guru-guru
baru disekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.
f. Membantu guru-guru
agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam membina sekolah.
Sedangkan
Piet A. Sahertian menambahkan bahwa tujuan supervisi klinis yaitu:
a. Membantu guru-guru
agar lebih mudah mangadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara
menggunakan sumber-sumber masyarakat dan seterusnya.
b. Membina guru-guru
dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka pertumbuhan
pribadi dan jabatan mereka. (Sahertian, 2000:25)
Menurut
Acheson dan Gall (1987:1) dalam Syaiful Sagala (2010:200) tujuan supervisi
klinis adalah pengajaran efektif dengan menyediakan umpan balik, dapat
memecahkan permasalahan, membantu guru mengembangkan kemampuan dan strategis,
mengevaluasi guru, dan membantu guru untuk berprilaku yang baik sebagai uapaya
pengembangan profesioanal para guru.
Sedangkan
tujuan khusus supervisi klinis antara lain adalah :
a.
Menyediakan feedback bagi guru yang objektif dari
kegiatan mengajar guru yang baru saja dijalankan.
b.
Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah
mengajar
c.
Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam
menggunakan strategi belajar
d.
Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan
pendidikan, promosi jabatan atau pekerjaan mereka
e.
Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap
pengembangan diri secara terus-menerus dalam karir dan profesi mereka secara
mandiri
4.
Fungsi Supervisi Klinis
Pemahaman umum bahwa peranan utama dari supervisi
adalah ditujukan kepada perbaikan pengajaran. Franseth Jane dalam Piet A.
Sahertian, berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat memberi bantuan terhadap
program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kwalitas kehidupan akan
diperbaiki olehnya. Ayer, Frend E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara
program pengajaran yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
Fungsi
supervisi menurut Swearingen yang dikutip oleh Binti Maunah ada delapan sebagai
berikut:
a.
Mengkoordinir semua usaha sekolah
b.
Memperlengkapi kepala
sekolahMemperluas pengalaman guru-guru
c.
Menstimulir usaha-usaha yang
kreatif
d.
Memberikan fasilitas dan penlaian
yang terus menerus
e.
Menganalisa situasi belajar
mengajar
f. Memberikan
pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staff, mengintegrasikan tujuan
pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru. (Maunah,
2009:30)
B. Teknik Supervisi Klinis
Tahapan pelaksanaan supervisi klinis dalam bentuk siklus dimulai dengan kegiatan
pra-observasi atau pertemuan awal pra siklus dan dilanjutkan pada siklus 1,
mengamati (observasi) guru atau siklus 2, dan sesudah pengamatan (post observasi)
melakukan umpan balik siklus 3. Pada semua tahapan ini supervisor dan guru
berusaha memahami dan mengerti mengenai pengamatan dan perekaman data adalah
untuk perbaikan pengajaran yang dilakukan oleh guru.
1. Pra Siklus
Tahap-tahap pelaksanaan
supervise klinis pada tahap pra siklus dimulai dengan guru merasa butuh bantuan
untuk meningkatkan kualitas mengajar. Kebutuhan ini muncul, karena guru butuh
pelayanan dari supervisor agar guru mengetahui, memahami kelebihan dan kelemahan
dibidang ketrampilan mengajar untuk selanjutnya berusaha meningkatkannya kearah
yang lebih baik lagi. Pada tahap ini supervisor meyakinkan guru bahwa melalui
bantuan supervisor guru akan dapat mengetahui kelebihan, kelemahan dan atau
kekurangan dalam (1) mempersiapkan kegiatan pembelajaran (rencana pelaksanaan
pembelajaran). (2) membelajarkan peserta didik mencapai kompetensi yang
ditentukan dalam silabus dan RPP dengan menampilkan keterampilan menngajar yang
sesuai dengan materi pelajaran; dan (3) secara terus menerus memperbaiki
keterampilan mengajardan/atau mengembangkan diri dalam menggunakan model dan
strategi pembelajaran.
2. Siklus pertama
Kegiatan siklus pertama
ini adalah guru dengan supervisor bersama sama melakukan review dokumen
pembelajaran dengan cara memeriksa dokumen kurikulum yang
terdiri dari standar isi, silabus dan rencana pembelajaran. Dari hasil review
tersebut, selanjutnya supervisor menjelaskan hal-hal yang penting untuk
diperbaiki. Secara bersama-sama pula antara guru dengan supervisor memperbaiki
dokumen kurikulum sampai memenuhi persyaratan baik dilihat dari substansi
maupun mekanisme pembelajaran dan dokumen tersebut siap untuk digunakan dalam
kegiatan mengajar. (Syaiful Sagala, 2010:204)
Pada siklus 1 ini kontrak
dan isi kontrak yng dirumuskan bersama antara supervisor dengan guru terdiri
dari (1) supervisor meyakinkan guru hal yang perlu diamatai tentang proses
pembelajaran yang akan dilakukannya di kelas; (2) menetapkan jenis ketrampilan
dan aspek education touch yang akan dilatihkan; (3) supervisor bersama guru
membicarakan dan menyepakati jenis ketrampilan dan aspek education touch yang
akan dilatihkan oleh guru latih selama proses pembelajaran berlangsung dikelas;
dan (4) ketrampilan yang disepakati dapat dipilih antara lain ketrampilan
bertanya, memberi penguatan, variasi, menjelaskan, membuka dan menutup
pelajaran, memimpin kelompok kecil, mengelola kelas, mengajar kelompok kecil
dan perorangan. Setelah ada kesepakatan bersama antara supervisor dengan guru
mengenai aspek ketrampilan apa saja yang akan diamati atau oservasi saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung, maka kedua belah pihak menandatangani
kontrak tersebut dan siap untuk melaksanakan kegiatan mengajar yang diamati
oleh supervisor.
3. Siklus kedua Observasi
Sesuai kontrak yang telah
disepakati bersama antara supervisor dengan guru, maka dilanjutkan dengan
kegiatan observasi dikelas. Guru mengajar dan supervisor mengamati guru
mengajar sesuai kontrak yang disepakati bersama. Dalam kegiatan observasi ini
supervisor mencatat dan merekam dengan cermat berbagai data dan informasi
penting prihal guru mengajar sesuai kontrak yang disepakati. Supervisor
mengamati guru mengajar dengan cara menggunakan lembar observasi atau merekam dengan
handycam jika peralatan tersedia atau dengan cara lainnya yang memungkinkan
untuk kegiatan observasi aktivitas mengajar guru. (Syaiful Sagala, 2010:210)
4. Siklus ketiga Refleksi
Pertemuan setelah
pengamatan merupakan bagian penting dari perilaku postobservasi. Pertemuan
balikan dalam bentuk refleksi yang dilakukan bersama supervisor dengan guru
dilakukan dengan cara menciptakan suasana santai dan akrab dalam suasana
keikhlasan dan obyektif dari kedua belah pihak. Dengan penuh antusias,
kejujuran dan keikhlasan supervisor menanyakan perasaan guru yang diobservasi
secara keseluruhan.
Setelah analisa data dalam
kegiatan refleksi para supervisor dan guru bisa mendapatkan (1) perbandingan
perilaku guru dan siswa (2) mengidentifikasi perbedaan-perbedaan perilaku siswa
dan guru (3) menyelesaikan perbedaan keputusan antara guru dan siswa (4)
membandingkan penggunaan isi, bahan-bahan, peralatan, ruang, fisik dan
lingkungan social sesuai dengan penggunaan identifikasi dan merencakanan masa
depan mereka; dan (5) membandingkan hasil belajar yang diharapkan dengan hasil
belajar yang nyata dalam konteks yang sesuai situasi seperti yang diuraikan
dalam pengamatan. (Syaiful Sagala, 2010:220).
C. Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan teknik supervisi ini adalah sebagai
berikut:
1. Dapat dipakai memperbaiki guru-guru yang sangat lemah kinerjanya
2. Perbaikan yang dilakukan sangat intensif, sebab masing-masing
kelemahan ditangani satu persatu, sampai semua kelemahan menjadi berkurang atau
hilang.
3. Proses memperbaiki kelemahan dilakukan secara mendalam,
termasuk:
a.
Guru merefleksi kemampuannya
melaksanakan proses pembelajaran
b.
Supervisor mengobservasi secara
mendalam, bila perlu memakai video
4. Bagi guru-guru lain yang ingin tahu cara penyelesaian
kelemahan-kelemahan guru yang disupervisi diperbolehkan ikut menjadi pendengan
dalam pertemuan balikan.
Kelemahan teknis supervisi
klinis
Ada satu kelemahan teknik
supevisi ini yaitu terlalu mahal, sebab membutuhkan waktu yang panjang, karena
kelemahan diperbaiki satu persatu dan menyita pikiran serta tenaga yang besar
sebab dilakukan secara mendalam agar intensif. (Made Pidarta, 2009:138)
BAB III
KESIMPULAN
Banyak guru yang mengalami masalah/kesulitan
dalam melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran yang diampunya. Kesulitan
tersebut dapat disebabkan oleh karakteristik mata pelajaran sehingga sulit
dipahami guru atau kesulitan dalam aspek-aspek teknis metodologis sehingga
bahan ajar kurang dipahami peserta didik. Supervisi klinis yang dilakukan
pengawas sekolah kepada guru merupakan salah satu upaya membantu guru untuk
mengatasi masalah yang dialaminya dalam rangka memperbaiki kualitas
pembelajaran. Supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens
berlanjut dan matang antara supervisor dan guru searah dengan perbaikan praktek
profesional guru yang dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara
berkelanjutan dan konsisten. Supervisi
klinis memiliki karakteristik atau fokus antara lain, merubah cara mengajar
serta didasarkan atas bukti pengamatan.
Ada tiga tahap kegiatan yang dilakukan dalam
supervisi klinis yakni tahap pertemuan awal pra siklus yang dilanjutkan pada
siklus 1, tahap pengamatan (observasi) guru atau siklus 2, serta tahap refleksi
atau umpan balik siklus 3.
Pada supervise klinis terdapat kelebihan dinataranya yaitu: untuk
memperbaiki guru-guru yang sangat lemah kinerjanya yang dilakukan secara
intensif, sebab masing-masing kelemahan ditangani satu persatu, sampai semua
kelemahan menjadi berkurang atau hilang. Bagi
guru-guru lain yang ingin tahu cara penyelesaian kelemahan-kelemahan guru yang
disupervisi diperbolehkan ikut menjadi pendengan dalam pertemuan balikan. Sedangkan kelemahan
teknis supervisi klinis yaitu terlalu mahal, sebab membutuhkan waktu yang
panjang, karena kelemahan diperbaiki satu persatu dan menyita pikiran serta
tenaga yang besar sebab dilakukan secara mendalam agar intensif.
DAFTAR PUSTAKA
Maunah, Binti, 2009, Supervisi
Pendidikan Islam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Sukses Offset
Mukhtar & Iskandar, 2009, Orientasi Baru
Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press
Pidarta, Made, 2009, Supervisi Pendidikan Konstektual, Jakarta:
Rineka Cipta
Purwanto, Ngalim, 2004, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Pusat Bahasa, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pusaka
Sagala, Syaiful,2010, Supervisi Pembelajaran
dalam Profesi Pendidikan.Bandung : Alfabeta
Sahertian, P.A.2000, Konsep Dasar dan Teknik
Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Trimakasih atas materinya,,sangat bermanfaat,,,,,,,salam
BalasHapusThank you for your help so they can help me ... I copy it separoo ..
BalasHapusTithi - Titanium Daith Jewelry
BalasHapusTithi – Titanium titanium cerakote Daith Jewelry - Tithi. 2014 ford fusion energi titanium Designed by Tithi Design Studio. This titanium ore terraria exquisite jewelry 바카라 사이트 project is titanium tent stove about to complete the process.