Rabu, 15 Januari 2014

Makalah Supervisi Klinis

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Supervisi merupakan  istilah baru yang menunjuk pada suatu pengawasan tetapi konsepnya lebih manusiawi. Dalam kegiatan supervisi pelaksana bukan mencari kesalahan akan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan agar pekerjaan yang diawasi diketahui kekurangannya untuk dapat diberi tahu bagaimana cara peningkatannya. Namun berdasarkan fenomena yang terjadi terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam pelaksanaan supervise, berdasarkan pengamatan terdapat ketidak konsisitenan antara pandangan normativ dengan pandangan deskriptif mengenai supervisi. Seyogyanya supervisi harus memperbaiki pengajaran tapi kenyataanya supervisor lebih menekankan pada tanggung jawab administrativ guru, hal ini berimplikasi terbalik pada tidak terpenuhinya keinginan guru mendapat bantuan langsung dari supervisor untuk memperbaiki pengajaran, mestinya supervisor dapat mengkombinasikan tanggung jawab perbaikan pengajaran dilihat dari aspek professional dengan tanggung jawab administrasi guru untuk mencapai hasil yang lebih luas  pada level kelas melalui perbaikan pengajaran. Karena bantuan pengajaran merupakan pembinaan professional, sedangkan pendekatan administrasi merupakan bagian dari birokrasi
 Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan factor penentu keberhasilan. Salah satu model supervisi yang dilakukan di sekolah adalah supervisi klinis. Makalah ini berusaha menjelaskan secara teoritis tentang model supervisi klinis, dari konsep dasar, tehnik, kelebihan dan kelemahan supervisi klinis.

B.  Fokus Masalah 
1.         Konsep dasar supervisi klinis
2.         Tehnik Supervisi Klinis
3.         Kelebihan dan kelemahan
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Konsep Dasar Supervisi Klinis

1.      Pengertian Supervisi Klinis
Supervisi memiliki pemahaman yang luas (Purwanto, 2004: 76). Menurut  Purwanto menjelaskan bahwa supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, serta bimbingan dalam usaha pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode pembelajaran yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran dan sebagainya (2004:76). Pemahaman umum bahwa peranan utama dari supervisi adalah ditujukan kepada perbaikan pengajaran. Franseth Jane dalam Piet A. Sahertian, berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat memberi bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kwalitas kehidupan akan diperbaiki olehnya. Ayer, Frend E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia supervisi berarti pengawasan utama, pengontrolan tertinggi, penyeliaan (2002:1107). Sedangkan klinis memiliki arti bersangkutan atau berdasarkan pengamatan klinik (575).  Sedangkan supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut (Purwanto, 2004:90)
Senada dengan hal tersebut John J Bolla menyatakan supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap penampilan pembelajaran guru dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran (John Bolla dalam Mukhtar dan Iskandar, 2009:60). Purwanto juga menjelaskan bahwa Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis sebagai berikut:
“Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional”

Adapun Keith Anderson dan Meredith D. Gall mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian atau kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Secara teknik mereka mengatakan bahwa supervisi klinis adalah suatu model supervisi yang terdiri atas tiga fase, yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan pertemuan balik. Supervisi klinis adalah supervisi yang terfokus pada penampilan guru secara nyata di kelas, termasuk pula guru sebagai peserta atau partisipan aktif dalam proses supervisi tersebut (Mukhtar dan Iskandar, 2009:61)
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut .

2.      Karakteristik Supervisi Klinis
Untuk memandu pelaksanaan supervisi pendidikan,  karakteristik yang akan dipaparkan dalam makalah ini yaitu pada supervisi pengajaran (klinis) karena ini sangat urgen terutama  bagi supervisor dan guru, agar arah yang ditempuh sejalan dengan perencanaan (planning)  yang telah ditentukan sebelumnya. Mukhtar dan Iskandar menjelaskan bahwa supervisi klinis merupakan bantuan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajarnya, dan dapat dilaksanakan untuk kepentingan calon guru dalam pendidikan pra jabatan maupun latihan dalam jabatan (2009:59) yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.       Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksanakan bersama dengan pengajaran mikro dan terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu pertemuan pendahuluan (pre-conference), observasi mengajar, dan pertemuan balikan (post-conference)
b.      Supervisi klinis merupakan suatu keperluan mutlak bagi guru maupun supervisor untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan menilai tingkah laku dalam profesinya sendiri. Bagi guru berdasar kemampuannya sendiri untuk mengubah tingkah laku mengajarnya di kelas ke arah yang lebih baik dan terampil, sedangkan bagi supervisor untuk menambah pengetahuan, pengalaman serta kemampuannya dalam memberikan bimbingan.
c.       Pendekatan yang dilakukan dalam proses supervisi klinis adalah pendekatan profesional dan humanis
d.      Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru memperbaiki keterampilan intelektual dan bertingkah laku yang spesifik.
e.       Fungsi utama supervisor adalah untuk mengajarkan keterampilan pengajaran kepada guru
f.       Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dengan guru
g.      Feedback yang diberikan harus secepat mungkin dan secara obyektif
h.      Dalam percakapan balik seharusnya datang dari guru terlebih dahulu.
La Sulo dalam Purwanto (2004:91) mengemukakan ciri-ciri supervisi klinis ditinjau dari segi pelaksanaannya sebagai berikut:
a.         Bimbingan supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi
b.        Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru, disepakati melalui pengkajian bersama antara guru dan supervisor
c.         Sasaran supervisi hanya pada beberapa keterampilan tertentu
d.        Balikan diberikan dengan segera dan secara objektif
e.         Dalam diskusi atau pertemuan balikan, guru diminta terlebih dahullu untuk mengevaluasi penampilannya
f.         Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan dari pada memerintah atau mengarahkan
g.        Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka
h.        Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi dan diskusi atau pertemuan balikan
i.          Supervisi dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar, di pihak lain dipakai dalam konteks pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan

3.         Tujuan Supervisi Klinis

Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. Usaha perbaikan mengajar dan mengajar ditujukan kepada pencapian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal.
Situasi belajar mengajar di sekolah-sekolah yang ada sekarang ini menggambarkan suatu keadaan yang sangat kompleks. Kompleksnya keadaan  yang ada ini adalah akibat faktor-faktor obyektif yang saling mempengaruhi sehingga mengakibatkan penurunan hasil belajar. Oleh karena itu perlu adanya penyelesaian yang dilakukan untuk mengembalikan semangat dan situasi belajar mengajar yang lebih baik. (Maunah, 2009:26)
Secara nasional tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah:
a.    Membantu guru dengan jelas dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
b.    Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid
c.    Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern, metode-metode dan sumber-sumber pengalaman belajar.
d.   Membantu guru dalam menilai kemajuan murid –murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.
e.    Membantu guru-guru baru disekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.
f.     Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam membina sekolah.
Sedangkan Piet A. Sahertian menambahkan bahwa tujuan supervisi klinis yaitu: 
a.    Membantu guru-guru agar lebih mudah mangadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan seterusnya.
b.    Membina guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka. (Sahertian, 2000:25)
Menurut Acheson dan Gall (1987:1) dalam Syaiful Sagala (2010:200) tujuan supervisi klinis adalah pengajaran efektif dengan menyediakan umpan balik, dapat memecahkan permasalahan, membantu guru mengembangkan kemampuan dan strategis, mengevaluasi guru, dan membantu guru untuk berprilaku yang baik sebagai uapaya pengembangan profesioanal para guru.
Sedangkan tujuan khusus supervisi klinis antara lain adalah :
a.         Menyediakan feedback bagi guru yang objektif dari kegiatan mengajar guru yang baru saja dijalankan.
b.        Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah mengajar
c.         Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi belajar
d.        Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi jabatan atau pekerjaan mereka
e.         Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan diri secara terus-menerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri

4.    Fungsi Supervisi Klinis

Pemahaman umum bahwa peranan utama dari supervisi adalah ditujukan kepada perbaikan pengajaran. Franseth Jane dalam Piet A. Sahertian, berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat memberi bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kwalitas kehidupan akan diperbaiki olehnya. Ayer, Frend E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
 Fungsi supervisi menurut Swearingen yang dikutip oleh Binti Maunah ada delapan sebagai berikut:
a.    Mengkoordinir semua usaha sekolah
b.    Memperlengkapi kepala sekolahMemperluas pengalaman guru-guru
c.    Menstimulir usaha-usaha yang kreatif
d.   Memberikan fasilitas dan penlaian yang terus menerus
e.    Menganalisa situasi belajar mengajar
f.     Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staff, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru. (Maunah, 2009:30)

B.  Teknik Supervisi Klinis

Tahapan pelaksanaan supervisi klinis  dalam bentuk siklus dimulai dengan kegiatan pra-observasi atau pertemuan awal pra siklus dan dilanjutkan pada siklus 1, mengamati (observasi) guru atau siklus 2, dan sesudah pengamatan (post observasi) melakukan umpan balik siklus 3. Pada semua tahapan ini supervisor dan guru berusaha memahami dan mengerti mengenai pengamatan dan perekaman data adalah untuk perbaikan pengajaran yang dilakukan oleh guru.
1.    Pra Siklus
Tahap-tahap pelaksanaan supervise klinis pada tahap pra siklus dimulai dengan guru merasa butuh bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar. Kebutuhan ini muncul, karena guru butuh pelayanan dari supervisor agar guru mengetahui, memahami kelebihan dan kelemahan dibidang ketrampilan mengajar untuk selanjutnya berusaha meningkatkannya kearah yang lebih baik lagi. Pada tahap ini supervisor meyakinkan guru bahwa melalui bantuan supervisor guru akan dapat mengetahui kelebihan, kelemahan dan atau kekurangan dalam (1) mempersiapkan kegiatan pembelajaran (rencana pelaksanaan pembelajaran). (2) membelajarkan peserta didik mencapai kompetensi yang ditentukan dalam silabus dan RPP dengan menampilkan keterampilan menngajar yang sesuai dengan materi pelajaran; dan (3) secara terus menerus memperbaiki keterampilan mengajardan/atau mengembangkan diri dalam menggunakan model dan strategi pembelajaran.
2.    Siklus pertama
Kegiatan siklus pertama ini adalah guru dengan supervisor bersama sama melakukan review dokumen pembelajaran dengan cara memeriksa dokumen kurikulum   yang terdiri dari standar isi, silabus dan rencana pembelajaran. Dari hasil review tersebut, selanjutnya supervisor menjelaskan hal-hal yang penting untuk diperbaiki. Secara bersama-sama pula antara guru dengan supervisor memperbaiki dokumen kurikulum sampai memenuhi persyaratan baik dilihat dari substansi maupun mekanisme pembelajaran dan dokumen tersebut siap untuk digunakan dalam kegiatan mengajar. (Syaiful Sagala, 2010:204)

Pada siklus 1 ini kontrak dan isi kontrak yng dirumuskan bersama antara supervisor dengan guru terdiri dari (1) supervisor meyakinkan guru hal yang perlu diamatai tentang proses pembelajaran yang akan dilakukannya di kelas; (2) menetapkan jenis ketrampilan dan aspek education touch yang akan dilatihkan; (3) supervisor bersama guru membicarakan dan menyepakati jenis ketrampilan dan aspek education touch yang akan dilatihkan oleh guru latih selama proses pembelajaran berlangsung dikelas; dan (4) ketrampilan yang disepakati dapat dipilih antara lain ketrampilan bertanya, memberi penguatan, variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, memimpin kelompok kecil, mengelola kelas, mengajar kelompok kecil dan perorangan. Setelah ada kesepakatan bersama antara supervisor dengan guru mengenai aspek ketrampilan apa saja yang akan diamati atau oservasi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, maka kedua belah pihak menandatangani kontrak tersebut dan siap untuk melaksanakan kegiatan mengajar yang diamati oleh supervisor. 
3.    Siklus kedua Observasi
Sesuai kontrak yang telah disepakati bersama antara supervisor dengan guru, maka dilanjutkan dengan kegiatan observasi dikelas. Guru mengajar dan supervisor mengamati guru mengajar sesuai kontrak yang disepakati bersama. Dalam kegiatan observasi ini supervisor mencatat dan merekam dengan cermat berbagai data dan informasi penting prihal guru mengajar sesuai kontrak yang disepakati. Supervisor mengamati guru mengajar dengan cara menggunakan lembar observasi atau merekam dengan handycam jika peralatan tersedia atau dengan cara lainnya yang memungkinkan untuk kegiatan observasi aktivitas mengajar guru. (Syaiful Sagala, 2010:210)
4.    Siklus ketiga Refleksi
Pertemuan setelah pengamatan merupakan bagian penting dari perilaku postobservasi. Pertemuan balikan dalam bentuk refleksi yang dilakukan bersama supervisor dengan guru dilakukan dengan cara menciptakan suasana santai dan akrab dalam suasana keikhlasan dan obyektif dari kedua belah pihak. Dengan penuh antusias, kejujuran dan keikhlasan supervisor menanyakan perasaan guru yang diobservasi secara keseluruhan.
Setelah analisa data dalam kegiatan refleksi para supervisor dan guru bisa mendapatkan (1) perbandingan perilaku guru dan siswa (2) mengidentifikasi perbedaan-perbedaan perilaku siswa dan guru (3) menyelesaikan perbedaan keputusan antara guru dan siswa (4) membandingkan penggunaan isi, bahan-bahan, peralatan, ruang, fisik dan lingkungan social sesuai dengan penggunaan identifikasi dan merencakanan masa depan mereka; dan (5) membandingkan hasil belajar yang diharapkan dengan hasil belajar yang nyata dalam konteks yang sesuai situasi seperti yang diuraikan dalam pengamatan. (Syaiful Sagala, 2010:220).

C.  Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan teknik supervisi ini adalah sebagai berikut:
1.    Dapat dipakai memperbaiki guru-guru yang sangat lemah kinerjanya
2.    Perbaikan yang dilakukan sangat intensif, sebab masing-masing kelemahan ditangani satu persatu, sampai semua kelemahan menjadi berkurang atau hilang.
3.    Proses memperbaiki kelemahan dilakukan secara mendalam, termasuk:
a.    Guru merefleksi kemampuannya melaksanakan proses pembelajaran
b.    Supervisor mengobservasi secara mendalam, bila perlu memakai video 
4.    Bagi guru-guru lain yang ingin tahu cara penyelesaian kelemahan-kelemahan guru yang disupervisi diperbolehkan ikut menjadi pendengan dalam pertemuan balikan.
Kelemahan teknis supervisi klinis
Ada satu kelemahan teknik supevisi ini yaitu terlalu mahal, sebab membutuhkan waktu yang panjang, karena kelemahan diperbaiki satu persatu dan menyita pikiran serta tenaga yang besar sebab dilakukan secara mendalam agar intensif. (Made Pidarta, 2009:138)
BAB III
KESIMPULAN

Banyak guru yang mengalami masalah/kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran yang diampunya. Kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh karakteristik mata pelajaran sehingga sulit dipahami guru atau kesulitan dalam aspek-aspek teknis metodologis sehingga bahan ajar kurang dipahami peserta didik. Supervisi klinis yang dilakukan pengawas sekolah kepada guru merupakan salah satu upaya membantu guru untuk mengatasi masalah yang dialaminya dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran.  Supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens berlanjut dan matang antara supervisor dan guru searah dengan perbaikan praktek profesional guru yang dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara berkelanjutan dan konsisten. Supervisi klinis memiliki karakteristik atau fokus antara lain, merubah cara mengajar serta didasarkan atas bukti pengamatan.
Ada tiga tahap kegiatan yang dilakukan dalam supervisi klinis yakni tahap pertemuan awal pra siklus yang dilanjutkan pada siklus 1, tahap pengamatan (observasi) guru atau siklus 2, serta tahap refleksi atau umpan balik siklus 3.
Pada supervise klinis terdapat kelebihan dinataranya yaitu: untuk memperbaiki guru-guru yang sangat lemah kinerjanya yang dilakukan secara intensif, sebab masing-masing kelemahan ditangani satu persatu, sampai semua kelemahan menjadi berkurang atau hilang. Bagi guru-guru lain yang ingin tahu cara penyelesaian kelemahan-kelemahan guru yang disupervisi diperbolehkan ikut menjadi pendengan dalam pertemuan balikan.  Sedangkan kelemahan teknis supervisi klinis yaitu terlalu mahal, sebab membutuhkan waktu yang panjang, karena kelemahan diperbaiki satu persatu dan menyita pikiran serta tenaga yang besar sebab dilakukan secara mendalam agar intensif.




DAFTAR  PUSTAKA

Maunah, Binti,  2009, Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Sukses Offset
Mukhtar & Iskandar, 2009, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press
Pidarta, Made, 2009, Supervisi Pendidikan Konstektual, Jakarta: Rineka Cipta
Purwanto, Ngalim, 2004,  Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Pusat Bahasa, 2002,  Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pusaka
Sagala, Syaiful,2010, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.Bandung : Alfabeta
Sahertian, P.A.2000, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.













3 komentar:

  1. Trimakasih atas materinya,,sangat bermanfaat,,,,,,,salam

    BalasHapus
  2. Thank you for your help so they can help me ... I copy it separoo ..

    BalasHapus
  3. Tithi - Titanium Daith Jewelry
    Tithi – Titanium titanium cerakote Daith Jewelry - Tithi. 2014 ford fusion energi titanium Designed by Tithi Design Studio. This titanium ore terraria exquisite jewelry 바카라 사이트 project is titanium tent stove about to complete the process.

    BalasHapus